Sejarah Berdirinya Air Minum Dalam Kemasan

 Aqua, Ades, Pure Life,  Merupakan tiga produk air minum dalam kemasan (AMDK) yang sudah menjadi barang familiar. Hampir setiap hari dijumpai dan diminum oleh orang-orang di perkotaan seperti Jakarta, Surabaya, dan lain lain. Untuk mendapatkannya pun sangat mudah, cukup dengan mendatangi minimarket atau warung kelontong terdekat. Tidak pula perlu mengeluarkan gocek yang banyak, cukup selembar Rp5 ribu pasti dapat kembalian.

Berbeda dengan dulunya , produk ini merupakan barang yang eksklusif dan tidak sembarang orang bisa membelinya. Biarpun isinya hanya air putih, namun minuman hanya diminum oleh orang-orang penting seperti tamu dari luar negeri atau wisatawan asing. 

Pada awal tahun 1970-an, minuman AMDK belum ada di Indonesia.Kalau pun ada, bisa dipastikan bukan produk lokal, melainkan produk impor. Saat itu para wisatawan atau tamu dalam negeri yang berkunjung di Indonesia hanya mau minum air dalam kemasan. Perut mereka tidak cocok dengan minum air rebusan. 

Untuk mendapatkan minuman kemasan pun tidak di sembarangan tempat. Pada saat itu minuman tersebut hanya tersedia di hotel-hotel berbintang. Tidak seperti sekarang yang ada di setiap warung kelontong. 

Sejarah AMDK

Berawal dari Puritas 

Kemunculan AMDK pertama di Indonesia tidak lepas dari sejarah produk bermerek Aqua. Karena  Aqua menjadi produk AMDK pertama yang diproduksi di Indonesia. Pencetus dari idenya adalah Tirto Utomo, warga asli Wonosobo yang pernah bekerja untuk Pertamina. Pada saat itu, ia kerap kesulitan untuk mencari air minum untuk para tamu dari luar negeri. Karena itu, dia pun berinisitif mendirikan sebuah perusahaan air minum kemasan. Sebelum mendirikan perusahaan, dia belajar terlebih dahulu seperti apa teknologi pengolahan air minum kemasan ke negara tetangga Thailand. Dia pun meminta adiknya Slamet Utomo untuk magang di Polaris, salah satu perusahaan air minum kemasan di Thailand. Setelah itu, barulah mereka merintis perusahaan di Indonesia.

Aqua diproduksi pertama kali secara pada tahun 1973 di bawah bendera PT Aqua Golden Mississippi. Pada awal diproduksi, produk air minum kemasan itu diberi dengan nama brand “Puritas”. Tetapi karena dalam penyebutannya yang sulit dan tidak familiar, brand “Puritas” pun diganti dengan “Aqua”. Brand Puritas hanya bertahan 2 tahun. Muncul dengan nama dagang Aqua seolah membawa hoki. Aqua diproduksi dengan kemasan botol ukuran 950 ml dan dijual dengan harga Rp75. Harga itu dua kali lebih mahal dari harga bensin pada saat itu yang hanya Rp 46/liter. Dengan harga yang mahal, tidak sembarang orang bisa membelinya. Hanya kalangan kelas atas saja yang mampu membelinya.

Capai 25 Miliar Liter 

Seiring berkembang pesatnya perkotaan di Indonesia, seperti pembangunan di ibukota Jakarta, memiliki konsekuensi lahan terbuka hijau menjadi berkurang. Akibatnya, air bersih yang layak untuk dikonsumsi pun makin sulit didapat. 

Ketua Umum ASPADIN menjelaskan, permasalahan air di perkotaan membuka celah lebar bagi industri AMDK. Mulai tahun 2000-an, mulai banyak perusahaan AMDK yang bermunculan dan tumbuh subur di Indonesia. “Pertumbuhan ekonomi membuat daya beli masyarakat meningkat. Namun pada saat yang sama, air bersih pun menjadi sulit. Maka perlahan, orang pun beralih ke AMDK,” 

Air minum kemasan dalam botol plastik pun menjamur. Hampir di setiap toko dan minimarket memajang AMDK dari berbagai merek dan harga yang bersaing. Harga jual pun tidak lagi semahal dulu. Sekarang, harganya setengah dari harga bensin. Inovasi muktahir adalah membuat kemasan galon 19 liter yang bisa diisi ulang. Sejak saat itu, rumah tangga di perkotaan pun beralih menggunakan galon. Ditambah dengan layanan antar jemput yang semakin memanjakan konsumen. 

Produksi AMDK pun kian tahun kian meningkat. Pada tahun 2015, produksi nasional mencapai 25 miliar liter. Sebuah capaian yang gemilang dalam dunia industri. Meski kehadiran AMDK memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan air minum layak minum, namun produksi AMDK menyisakan banyak kekhawatiran. Mulai dari eksploitasi sumber mata air yang berlebihan, hingga maraknya sampah plastik yang bisa berpotensi mencemari lingkungan. 

CV.Pratama Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram